Aku Benci Orang Mesir Part-1

Kairo, Kamis, 05.15 Clt

Udara pagi Kairo terasa begitu menusuk tulang. Angin musim dingin pun bertiup kencang, seakan menghalang-halangi setiap mahasiswa di asrama yang ingin beranjak dan pergi ke masjid untuk shalat shubuh berjamaah. Hangatnya selimut dan empuknya kasur menjadi pilihan terakhir. Aku pun terus terlelap dalam mimpi-mimpi indahku hingga akhirnya…

Kriiiiiiiing… kriiiiiiiing…

Jam waker pemberian ibuku berdering menunjukkan pukul 05.15 pagi waktu Kairo. Aku terbangun dan langsung menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Belum selesai aku membasuh kedua kaki, aku mendengar suara dari speaker masjid

"Assalamualaikum warahmatullah… assalamualaikum warahmatullah."

"Huff… Astaghfirullah, telat lagi telat lagi" kataku dalam batin.

Kairo, Kamis, 06.10 Clt

"Shadaqallhul adzim" Aku letakkan Al Qur'an di atas meja dan seperti biasa, setelah membacanya aku pergi ke suthuh (atap) gedung dimana aku tinggal untuk menikmati indahnya pemandangan pagi kota Kairo. Kuarahkan pandanganku ke arah barat, kulihat rumah-rumah kubus khas arab tersusun rapi di atas bukit indah Daweaqah. Jalan-jalan raya terlihat sepi hanya satu atau dua mobil saja yang berlalu-lalang. Sang mentari mulai terbangun dari tidurnya dan siap untuk menyinari dunia. Namun tetap aktivitas masyarakat di sini belum dimulai.

Pikiranku terbang dan melayang ke negri-negri lain. Kubayangkan apakah Jepang, Singapore dan China juga seperti ini?

"Jangankan Jepang, Indonesia saja tidak seperti ini." Batinku menjawab.

Walaupun Indonesia jauh berada di bawah Jepang, namun dalam hal ini Indonesia tidak terlalu berbeda. Di Indonesia, bisa kita lihat para pedangang sudah memulai aktivitasnya sejak dini hari. Pasar-pasar ramai. Di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, jalan-jalan raya sudah ramai sebelum matahari terbit. Para pegawai kantoran sudah bersiap-siap untuk bekerja sejak shubuh.
HPku bergetar...

"Halo, assalamualaikum…"

"Wa'alaikum salam, sehat Ri?

"Alhamdulillah… sehat, ada apa Van?"

"Ri… berangkat kuliah kan? Bareng ya, ntar kita ketemu depan gerbang"

"Insya Allah, ane tunggu jam 07.30 ya di sana!"

"ok."

Aivan adalah sahabatku, dia berasal dari Padang. Kami satu rombongan ketika berangkat ke Mesir. Sekarang kami duduk di tingkat IV Fakultas Ushuluddin di Al Azhar University.

Kairo, Kamis, 07.40 Clt

Aku sudah berada di depan gerbang asrama. Tapi, Aivan belum juga datang. Entah mengapa, hari ini aku merasa tidak begitu bersemangat. Aku merasa bosan menjalani aktivitas yang monoton di Mesir. Aku malas, tiap hari harus berdesak-desakan dalam bus kota. Apalagi kalau kecopetan. Tiap hari aku harus berusaha sabar menghadapi watak kasar orang mesir. Mereka suka berteriak-teriak, tidak punya sopan santun dan cepat marah. Yang jelas dalam pandanganku semua orang Mesir sama. Mereka kasar, pemarah, malas dan tidak disiplin.

"Ri…! Sorry aku telat, tadi ada telpon dari Indonesia jadi aku harus…"

"Iya, iya... santai aja"

"Eh…tu ada bus 80 coret. Yuk, siap-siap."

"Wah tumben kok gak lama ya... Biasanya harus nunggu berjam-jam dulu baru bisa dapat bus ini."

"Hehehe…itu gara-gara nt berangkat kuliah bareng ane."

"Cuih… dasar dah telat, ke-PD-an lagi."

"Peace bro! becanda, kayak nggak tau ane aja?"

Bus 80 coret meluncur menuju kawasan Darasah dimana kampus kami berada. Seperti biasa bus ini penuh. Yah, maklumlah namanya juga bus favorit mahasiswa asing atau lebih tepat dikatakan bus internasional, karena yang ada dalam bus ini mayoritas adalah duta-duta bangsa. Ada mahasiswa Afrika dengan warna kulitnya yang khas. Ada yang dari China, India, Pakistan, Bangladesh, Malaysia, Thailand, Rusia dan yang pasti mahasiswa Indonesia juga ada. Kadang aku berfikir dunia ini begitu sempit, Kok bisa mereka berkumpul di dalam bus ini?

Tapi yang jelas, mereka tidak seperti orang Mesir. Buktinya mereka rela meninggalkan saudara-saudara tercinta demi menimba ilmu di sini. Itu berarti mereka rajin dan disiplin. Mereka juga ramah dan tidak cepat marah.

"Woi Ri! Nt kenapa bengong? Gak baik ngelamun pagi-pagi."

"Eh…nggak."

"Ayo turun dah nyampe nih. Ntar kita telat lagi."

Kami pun langsung menuju ruang kuliah untuk mengikuti pelajaran. Untuk hari ini kami punya empat mata kuliah. Semuanya akan diujikan pada termin pertama. Jadi, mau tidak mau kami harus hadir sampai akhir.

Kairo, Kamis, 16. 15 Clt

Menjelang sore hari, mata kuliah keempat akhirnya selesai. Semua mahasiswa bersiap-siap untuk pulang ke tempat tinggal masing-masing.

"Huff…capek juga ya…! Eh Van, shalat ashar dulu yuk!"

"Yup, kita shalat di masjid Al Azhar ya, Ri."

"Ok."

Masjid Al Azhar merupakan masjid terbesar di kawasan Darasah. Selain arsitekturnya yang indah, masjid ini juga memiliki nilai sejarah. Sebelum kampus Al Azhar dibangun, aktivitas belajar dulunya diadakan di sini. Dari masjid ini juga lahir ulama-ulama ternama seperti Ibnu Hajar Al 'Asqolani.

Setelah shalat ashar berjama'ah, Aku dan Aivan duduk-duduk di teras masjid sambil istirahat. Aku pun meluruskan kaki untuk menghilangkan capek dan tiba-tiba…

"Aaaaw…!"

"Woooi… Punya mata nggak sih nt, kalo jalan yang bener dong!" Aku marah dan berteriak-teriak kepada orang Mesir yang menginjak kakiku. Tapi dia cuek dan langsung pergi seperti tidak terjadi apa-apa.

"Van! Liat, kayak gini nih sifat orang Mesir. Makannya dari awal ane dah gak suka bergaul sama mereka. Mereka angkuh, kasar dan gak sopan. Nt liat sendiri kan?"

"Sabar Ri! gak semua orang Mesir begitu kok. Mungkin dia lagi buru-buru."

"Sabar sih sabar Van, tapi masa dia gak nengok blas. Kampret…!"

"Ri, istighfar…!" Aivan agak sedikit mengangkat suaranya. "Kalau nt marah dan kasar sama dia, apa bedanya nt dengan orang Mesir yang nt bilang angkuh, pemarah dan tidak sopan?"

Aku terdiam setelah mendengar teguran atau mungkin bisa dibilang nasehat dari sahabatku. Dia juga akhirnya demikian setelah beristighfar dan minta maaf padaku. Sejenak kami saling diam, hingga akhirnya kami melihat dari arah gerbang masjid, seorang mahasiswa Indonesia melambaikan tangannya pada kami.

"Aivan, Ari apa kabar?"

Dia adalah Yusuf. Aku dan Aivan mengenalnya karena kami memang satu angkatan. Dia orang nya pintar, nilai mata kuliahnya juga bagus-bagus. Kami sering meminjam buku catatannya karena dia paling rajin hadir kuliah diantara kami bertiga.

"Pulang yuk! Dah sore nih." Ajak Yusuf.

"Ayok, dari pada di sini nemenin orang Indo yang lagi marah gak karuan, mendingan pulang. Hehehe…" Jawab Aivan ceplas-ceplos sekenanya.

"Van! Awas nt ya, gak ana bayarin ongkos pulang lo…" balasku sambil bercanda.

"Biarin, emang gue pikirin. Kan ada Yusuf yang bayarin, hehehe…"

"Woooi, tungguin! Ane jangan ditinggal dong." Teriakku sambil setengah berlari.

Akhirnya kami pulang bersama. Suasana kembali cair. Sepanjang jalan kami bertiga bercerita tentang banyak hal. Tapi, yang pasti bukan tentang orang Mesir karena mereka tau aku tidak begitu suka dengan orang Mesir. Terkadang aku sadar kalau sikapku memang berlebihan. Tapi itulah yang tiap hari aku temukan. Hanya sisi negatif orang Mesir yang aku dapatkan selama ini.

Kairo, Kamis, 22. 15 Clt

Seperti biasa, aku kembali mengingat apa yang telah aku lakukan hari ini. Aku selalu mengevaluasi kegiatanku sebelum tidur. Tiba-tiba aku teringat akan kejadian di masjid Al Azhar. Kembali perasaan tidak sukaku terhadap orang Mesir timbul. Namun aku juga ingat kata-kata sahabatku:

"Kalau nt marah dan kasar sama dia, apa bedanya nt dengan orang Mesir yang nt bilang angkuh, pemarah dan tidak sopan?"

Aku hanya bisa merenungi kejadian hari ini. Timbul pertanyaan dalam hati, apakah selama ini aku salah menilai mereka? Ya Allah, berilah petunjuk-Mu pada hamba yang lemah ini. Sambil terus merenung, tak terasa dunia semakin gelap. Udara semakin dingin. Asrama pun mulai terlihat sunyi dan senyap. Aku pun terlelap.

To be continued...

Posted by Abu Nashar Bukhari | Pada Sabtu, Maret 13, 2010

5 komentar:

assyakilla mengatakan...

kak aree...
apa yg kau dengarkan, apa yang kau lihat, apa yg kau rasa dan apa yg kau lakukan...
"itulah pendidikan" ^_^

Abu Nashar Bukhari mengatakan...

Yups... ini hanya kisah fiktif belaka... coret-coret ngisi waktu kosong...

assyakilla mengatakan...

fiktif???
waa..sy kira betulan itu.
hmm...pgn seperti habiburahman el sirazi ya kak, hehehe...
bljr bkin novlet dl..^_^

Unknown mengatakan...

orang mesir punya penyakit bohong

Unknown mengatakan...

orang mesir punya penyakit bohong

Posting Komentar