Surat Untuk Allah 2

Ya Allah, terkadang Kami menangis ketika Kami mengingat apa yang telah Kami lakukan selama ini. Sungguh bejat dan hina akhlak Kami. Masih pantaskah Kami ini disebut sebagai hamba Mu? Kami ingin berhenti dari ini semua (Belenggu dosa).

Ya Allah begitu banyak dosa yang telah Kami lakukan baik di sengaja ataupun tidak. Engkau tentu lebih mengetahui akan hal itu. Ya Allah, ampunilah Kami, ampunilah Kami, ampunilah Kami. Sebenarnya Kami malu untuk meminta-minta pada Mu. Kami merasa tidak pantas. Tapi Kami tidak punya pilihan lain. Hanya Engkaulah Yang Maha Pengampun, Engkaulah Yang Maha Pemurah dan Hanya Engkaulah Yang Maha Pemberi Pertolongan.

Ya Allah, bantulah Kami agar Kami bisa selalu menjaga niat dalam setiap perbuatan yang Kami lakukan. Kami tidak bisa menutup-nutupi, terkadang ketika Kami melakukan sesuatu Kami salah dalam berniat. Ya Allah Jadikanlah niat ini dalam segala hal hanya untuk menggapai Ridho Mu Ya Allah. Dan ampunilah Kami dalam tiap kekhilafan.

Ya Allah, sekarang Kami sedang menjalankan salah satu perintah Mu yaitu menuntut ilmu. Ya Allah Yang Maha Kuasa, berikanlah Kami Ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang berguna bagi masa depan Kami, keluarga, agama, nusa dan bangsa baik di dunia maupun di akhirat. Kami ingin sekali menjadi orang yang masuk dalam kriteria anfa'uhum li an nas, sebagaimana yang Engkau ajarkan.

Ya Alah, sebenarnya masih banyak yang ingin Kami utarakan. Namun tidak semua bisa Kami tulis di sini. Ya Allah, Kami ingin sekali bisa berkunjung ke rumah Mu. Kami ingin bersimpuh dan bersujud di hamparan suci masjid al haram yang wanginya bertebaran ke seluruh alam, merasuk ke dalam sanubari tiap insan. Namun Kami sadar, Kami ini kotor, Kami ini hina, Kami ini berlumuran dosa. Tapi, apakah salah dengan kondisi seperti ini Kami berharap bisa mengunjungi Mu? Apakah Kami tidak berhak untuk bersuci di rumah Mu? Apakah Kami tidak layak untuk masuk kedalam daftar tamu agung Mu?

Ya Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, berilah kesempatan kepada Kami dan keluarga kami untuk dapat melaksanakan rukun islam yang kelima. Berilah kesempatan kepada kami untuk dapat melaksanakan thawaf. Berilah kesempatan kepada kami untuk dapat menyerukan "Labbaik Allahumma Labbaik" di tanah suci Mu. Ya Allah mudahkanlah kami…!

Ya Allah, ingin sekali rasanya hati menyampaikan semua ini langsung kepada Mu. Langsung di hadapan Mu. Langsung di rumah Mu. Namun apa daya untuk saat ini Kami belum terpilih untuk itu. Kami hanya bisa menuliskan ini semua. Namun kami yakin sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui dan Maha Mendengar.

Untuk semua umat muslim di dunia, Ya Allah, selamatkanlah mereka semua dari kezaliman thoghut kuffar. Satukanlah barisan muslimin Ya Allah. Allahumma a'izzal islama wal muslimin.

Ya muqallibal qulub tsabbit qulubana 'ala tha'atik

Rabbana atina fiddunya hasanah, wa fil akhirati hasanah wa qina adzabannar.

Ya Allah, ampunilah Kami jika Kami lancang dengan menuliskan semua ini. Ampunilah Kami jika terdapat salah kata atau ketik. Ya Allah, Kami laksanakan ini sesuai perintah Mu "Ud'u li" maka tepatilah janji Mu "astajib lakum" dalam ayat lain Engkau menyebutkan "ujibu da'wata ad da'I idz da'an" sekarang Kami berdoa kepadaMu, maka kabulkanlah Ya Allah doa Kami. Amin…

Hamba Mu yang tak berdaya


(Kami)
Read More

Posted by Abu Nashar Bukhari | Pada Selasa, Desember 22, 2009 | 0 komentar

Surat Untuk Allah 1

Kepada Yang Maha Kuasa:
Allah Swt. Tuhan Semesta Alam

Dengan menyebut nama-Mu Ya Allah, Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Segala puja dan puji syukur Kami panjatkan hanya untuk Mu Ya Allah, Engkau senantiasa memberikan rahmat, hidayah, inayah, maghfirah dan nikmat Mu pada kami. Tanpa itu semua, mustahil rasanya Kami dapat terus bernafas dan terus beraktifitas. Kami hanyalah hamba Mu yang lemah, tidak mampu berbuat apa-apa tanpa pertolongan dari Mu. Engkaulah Yang Maha Kuasa. Engkaulah Yang Maha Esa. Hanya kepada Mu lah hamba mengadu dan meminta pertolongan.

Shalawat beriring salam juga tak lupa Kami haturkan pada kekasih Mu, Nabi besar Muhammad Saw., beliaulah yang telah menyampaikan ajaran Mu pada kami semua. Tanpa kesabaran, keteguhan dan kegigihan beliau, mustahil kiranya kami dapat mengenal ajaran Mu. Beliau telah mengalami cobaan yang sangat berat, menghadapi siksaan dan cercaan kaum kafir Quraisy yang tiada tara. Begitu juga dengan sahabat-sahabatnya. Allahumma shalli wa sallim atas Nabi Muhammad Saw., ahli keluarganya, para sahabatnya dan semua yang mengikuti jejaknya. Ya Allah, kumpulkanlah kami semua kelak di Firdaus Mu yang 'ala. Amin.

Ya Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, pertama-tama maafkanlah Kami jikalau Kami lancang dan tidak sopan dengan menulis surat ini. Kami tau, sebenarnya untuk mengadu dan meminta pertolongan Mu Kami bisa langsung bermunajat dan berdoa pada Mu kapan pun dan dimanapun Kami berada, karena sesungguhnya Engkau Mengetahu segala sesuatu. Tapi Kami sadar Ya Allah, Kami ini cuma seorang hamba yang tidak berdaya. Hamba yang berlumuran dosa bahkan mungkin bukan hanya berlumuran, Kami ini sudah tenggelam dalam samudera dosa yang sangat dalam. Ya Allah dengan kondisi Kami yang seperti ini, masih pantaskah Kami meminta-minta pada Mu?

Ya Allah Ya Tuhan kami, Engkau mengetahui segala apa yang Kami ucapkan, apa yang Kami perbuat. Engkau tahu bahwa Kami ini hamba yang hina. Kami telah banyak melakukan zina, baik itu zina perkataan, penglihatan ataupun yang lainnya. Engkau mengetahui segala kekhilafan dan dosa-dosa Kami. Ya Allah, sampai saat ini Kami bingung dan tidak tahu kenapa Kami lakukan itu semua? Kami ingin sekali berhenti dan keluar dari kubangan maksiat ini. Kami ingin sekali menjadi hamba Mu yang taat dan setia. Hamba Mu yang tidak hanya memikirkan nikmat dunia. Ya Allah Yang Maha Kuasa, ampunilah Kami. Bantulah Kami Ya Allah, bantulah Kami Ya Allah, bantulah Kami Ya Allah, berikanlah Kami kekuatan untuk melawan hawa nafsu setan ini. Berilah Kami hidayah Mu Ya Allah. Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baiknya tempat mengadu.

Ya Allah, Kami sadar sesungguhnya merupakan sunnah Mu, roda kehidupan ini selalu berputar. Sekarang mungkin kami berada di atas, namun besok mungkin kami sudah di bawah. Terkadang Engkau uji kami dengan kemiskinan dan penderitaan di dunia. Lalu Engkau keluarkan kami dari cobaan yang sangat berat tersebut. Kami sadar, ini bukan berarti kami telah bebas dari cobaan dan ujian. Engkau tetap menguji kami dengan cara yang berbeda. Engkau berikan kepada kami kenikmatan dan kesenangan dunia gar dapat mengelompokan kami, apakah kami termasuk hamba Mu yang bersyukur atau sebaliknya?

Ya Allah kuatkanlah iman kami. Ya Allah jangan kau jadikan segala kenikmatan dunia ini penghalang bagi kami untuk terus bersujud pada Mu. Ya Allah jadikan ini semua sarana bagi kami untuk menuju surga Mu. Ya Allah, kuatkanlah kami, kuatkanlah kami, kuatkanlah kami. Jagalah hati-hati kami. Ya Allah kami berlindung pada Mu. Ya Allah ampunilah dosa-dosa kami, dan dosa-dosa kedua orang tua kami juga dosa-dosa sanak sodara kami. Kasihilah kedua orang tua kami sebagaimana mereka mengasihi kami di waktu kecil.

Ya Allah Ya Tuhan kami, begitu besar nikmat yang Engkau berikan pada kami. Engkau berikan kepada kami saudara-saudara yang sangat menyayangi kami. Mereka selalu ada di sisi kami ketika kami kesepian, mereka selalu menghibur kami ketika kami di belenggu kesedihan. Sungguh tidak terhingga nikmat dan kepedulian yang Engkau berikan kepada kami melalui tangan saudara-saudara kami.

Read More

Posted by Abu Nashar Bukhari | Pada Selasa, Desember 22, 2009 | 0 komentar

Pesan Singkat (SMS) Bermakna

Ini adalah kumpulan SMS yang aku terima dari teman-temanku. Pesan-pesan ini memang singkat namun padat dan penuh makna. Dari pada inbox di HPku penuh dan SMS ini hanya terkurung, diam dan membisu di sana. Maka, tidak ada salahnya jika ku tulis di sini agar lebih bermanfaat. Semoga ini bisa menambah amal kebaikan bagi kita semua. Selamat membaca!

- Tadi aku bertemu "Tawadhu", "Sabar" dan "Istiqomah", mereka ber3 perlu t4 tinggal. Maaf tanpa izin mu aku berikan alamat hatimu. Semoga mereka senantiasa bersamamu. Amin. (Bung Asgar)

- Akibat maksiat: 1. Mengurangi taufiq Allah. 2. Menutup cahaya kebenaran. 3. Lemah zikir. 4. Akhlak merosot. 5. Hina. 6. "Terasingkan" dari Tuhan. 7. Rusak pikiran dan hati. 8. Waktu tersia-siakan. 9. Hati menyempit dan keras. 10. Doa ditolak. 11. Menghapus berkah rizki dan umur. Oleh karena itu, segeralah tinggalkan maksiat dan jagalah shalat di masjid hingga sukses meraih kebahagiaan dunia akhirat. (Ihsan Hasibuan)

- Ketika kehidupan memberi seribu alasan untuk menangis, tunjukkan bahwa kita mempunyai sejuta alasan untuk tersenyum. Nikmati setiap detik waktu dan akhiri kelelahan hari ini dengan keikhlasan. Indahnya hidup bukan karena seberapa banyak orang mengenal kita, namun seberapa banyak orang bahagia karena mengenal kita. Jadilah sosok yang bermanfaat bagi orang lain…!

- Jalan men7 next level tidak selamanya lurus. Ada tikungan bernama KEGAGALAN. Ada bundaran bernama KEBINGUNGAN. Ada tanjakan bernama TEMAN. Ada lampu merah bernama MUSUH. Ada lampu hijau bernama SAKIT. Ada lampu kuning bernama KELUARGA. Kita akan mengalami ban PECAH. Itulah PROSES. Tapi jika kita membawa ban serep bernama TEKAD. Mesin bernama KETEKUNAN. Asuransi bernama PERCAYA. Penolong bernama ALLAH. Maka kita akan sampai ke daerah yang disebut KETULUSAN. Selamat mencoba. (Bung Asgar)

- Apa kabar iman?
Semoga sejuk meresap di dalam hati.
Apa kabar hati?
Semoga noda yang melekat tersucikan.
Apa kabar saudara Q?
Semoga Allah sellu menyertai dan meridhoi setiap langkahmu. (Syeikh Hafiz)

- Di atas segala lapangan tanah air aku hidup, aku gembira.
Dimana kakiku menginjak bumi Indonesia, disanalah tumbuh bibit cita-cita yang kusimpan dalam dadaku. (Bung Hata).

- Tak perlu menunggu telat untuk berbuat. Lakukan apa yang kita bisa untuk bangsa saat ini juga. (Ka' Muma)

- Setetes embun di pohon rimbun.
Di atas nipah air tergenang.
Dosa tertimbun mohon diampun.
Khilaf dan salah mohon dimaafkan.
(Taqabbalallhu minna wa minkum)
Marhaban ya ramadan. (Ust. A. Yani)

- Hiduplah dengan indah.
Dunia mampu penuhi hajat semua orang tapi tak cukup bagi orang yang tamak.
Menjadi dermawan tak perlu menunggu kaya, sebab belum tentu menjadi kaya. Maka cukuplah dengan apa yang ada, daripada tiada.

- Tetap optimis. Iringi usaha dengan doa dan taqorub pada yang kuasa. Gandakan nilai sebuah amal dengan keikhlasan. Bittaufiq wa khairinnajah.(Ust. A. Yani)
Read More

Posted by Abu Nashar Bukhari | Pada Sabtu, Desember 05, 2009 | 1 komentar

Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, Kamus Segala Pengetahuan Ilmiah

Beliau adalah imam ‘allâmah dengan otak yang cemerlang, bintang ilmu antara akhir abad ke-7 dan abad ke-8, muhaqqiq dan hâfidz bertinta emas. Beliau adalah ushûliy, fakih dan ahli nahwu dengan wawasan yang begitu luas. Beliau adalah Syamsuddin Abu Abdilah Muhammad bin Abi Bakr bin Ayyub bin Sa’ad bin Hurraiz Az Zari, lebih dikenal dengan Ibnu Qayyim Al Jauziyyah. Dilahirkan di tengah keluarga berilmu dan terhormat pada tanggal 7 Shafar 691 H, di desa Zara’ dari perkampungan Hauran sebelah tenggara Damaskus.

Tidaklah aneh jika beliau tumbuh menjadi imam yang dalam dan luas pengetahuannya, sebab beliau dibentuk pada masa ilmu menggapai kejayaannya. Beliau banyak belajar dari ulama-ulama besar yang ada pada waktu itu. Beliau mendengar hadist dari Asy Syihab An Nablisi, Ismail bin Maktum dan lain-lain.
Beliau pun belajar berbagai disiplin ilmu seperti ilmu faraidh, bahasa arab, ilmu ushul serta ilmu-ilmu lainnya. Bukan hanya sekedar belajar, beliau juga menekuni dan ahli dalam bidang ilmu tersebut. Beliau banyak belajar fiqih dari Syaikh al Islâm Ibnu Taimiyah dan Syeikh Isma’il bin Muhammad al-Harraniy. Hingga akhirnya beliau memutuskan untuk ber-mulâzamah dengan syeikh Ibnu Taimiyah dan mendengar pendapat-pendapatnya dengan penuh kematangan dan cermat.

Banyak faedah yang beliau dapatkan sebagai hasil dari mulâzamah-nya. Diantaranya dan yang terpenting adalah berdakwah mengajak orang untuk berpegang teguh kepada Al Qur’an dan As Sunnah, memahami keduanya sesuai dengan apa yang difahami as salaf ash shâlih, menjalankan segala perintah agama dan menjauhi larangannya serta membersihkannya dari segala jenis bid’ah yang disebarkan para ahli bid’ah.
Penguasaan beliau terhadap ilmu tafsir tiada duanya, pemahamannya mengenai ilmu ushuluddin mencapai puncaknya, pengetahuannya mengenai hadits dan maknanya serta istinbâth-istinbâth detail beliau sulit dicari tandingannya. Maka, tidaklah berlebihan jika beliau disebut sebagai kamus segala pengetahuan ilmiah.

Imam ibnu Qayyim Al Jauziyyah benar-benar telah menyiapkan dirinya untuk mengajar, berfatwa, menyusun karya dan berdialog dengan siapa pun yang menginginkan penjelasan hingga akhir hayatnya tahun 751 H. Karena itulah banyak dari ulama ternama yang sudah tidak diragukan lagi kapasitas ilmunya menjadi murid beliau. Diantara mereka adalah: anak beliau sendiri Syarafuddin Abdullah dan Ibrahim, imam Ibnu Katsir penyusun kitab Al Bidâyah Wa An Nihâyah, al hâfidz imam Abdurrahman Ibn Rajab Al Hanbali Al Baghdadi penyusun kitab Thabaqât al-Hanâbilah, Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaimaz adz-Dzhahabi at-Turkumaniy asy-Syafi’I dan lain-lain.

Pribadinya yang agung sangat menunjukkan bahwa beliau adalah cerminan dari sosok imam yang sangat berpegang teguh pada Al Qur’an dan As Sunnah. Akidah beliau begitu jernih tidak ternodai oleh sedikit kotoran apapun. Manhaj serta hadf beliau rahimahullâh adalah kembali kepada mashâdir islam yang bersih dan tidak dikotori oleh pendapat-pendapat ahlu al ahwâ’ wa al bida’ – ahli bid’ah – serta tipu daya mereka yang suka mempermainkan agama. Semoga Allah Swt. senantiasa memberikan keluasan rahmat-Nya kepada beliau. Wallâhu a’lam bi as shawâb.
Read More

Posted by Abu Nashar Bukhari | Pada Sabtu, Desember 05, 2009 | 0 komentar

Sebuah Jalan Tuk Menikmati Kemenangan

Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW pernah bersabda “Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah,” dapat kita fahami dari sabda tersebut bahwasannya Beliau menganjurkan kita untuk senatiasa memberi tanpa mengharapkan pamrih karena memberi itu lebih baik dari pada menerima. Akan tetapi kita senantiasa meminta sesuatu kepada orang lain dan sayangnya, kita seringkali lupa untuk memberi. Kita tak sadar bahwa apapun yang kita berikan sebenarnya adalah untuk diri kita sendiri, bukan untuk siapa-siapa.

Pada suatu malam hujan turun dengan lebat diiringi angin kencang dan sambaran petir yang terdengar silih berganti tiada henti. Pada malam itu telepon di rumah seorang dokter berdering. ''Dok, tolong istri saya sakit,'' terdengar suara minta pertolongan. ''Dia sangat membutuhkan dokter segera.”. Si dokter menjawab, ''Apakah bapak bisa menjemput saya sekarang? Karena mobil saya sedang masuk bengkel.'' Mendengar jawaban itu, lelaki tersebut menjadi naik darah dan berkata ''Apa?!'' katanya dengan marah. ''Saya harus pergi menjemput dokter pada malam hujan lebat seperti ini?''

Kisah inspiratif diatas dengan jelas menunjukkan bahwasannya kita acapkali cenderung meminta dan lupa untuk memberi. Kita tahu bahwasannya segala sesuatu ada harganya. Seperti halnya membeli barang, kita harus memberi terlebih dahulu sebelum memintanya. Kalau kita seorang penjual, kita pun harus memberikan pelayanan dan menciptakan produk sebelum meminta imbalan. Inilah yang disebut konsep ''memberi sebelum meminta'' yang sayangnya sering kita lupakan dalam kehidupan sehari-hari. Padahal konsep tersebut adalah sebuah hukum alam. Kalau kita ingin teman kita mendengarkan apa yang kita katakan, kitalah yang harus memulai dengan mendengarkan keluh kesah mereka. Seandainya kita adalah seorang atasan dan ingin bawahan kita bekerja dengan giat, kitalah yang harus memulai dengan memberikan perhatian, dan lingkungan kerja yang kondusif. Kalau kita ingin disenangi dalam ber-mua’amalah, maka kita harus memulainya dengan memberikan bantuan dan keperdulian kepada orang lain.

Orang yang tidak mau memberi adalah mereka yang senantiasa dihantui perasaan takut miskin. Inilah orang-orang yang ''miskin'' dalam arti yang sesungguhnya. Padahal, Allah Ta’ala telah menegaskan bahwasannya memberi dengan niat yang tulus di jalan yang benar akan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Nya, hal itu tertera dalam surat Al Baqarah ayat 261 yang artinya “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipat gandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki.” Dan juga perlu diketahui bahwasannya di dunia ini berlaku hukum kekekalan energi. Apabila kita memberikan energi positif kepada dunia, maka, energi itu tak akan hilang. Ia pasti kembali kepada kita. Hanya saja persoalannya, banyak orang mengharapkan imbalan perbuatan baiknya langsung dari orang yang ditolong. Ini suatu kesalahan. Dengan melakukan hal itu, kita justru membuat bantuan tersebut menjadi tak bernilai. Dalam keadaan tersebut, berarti kita sedang mempraktikkan manajemen ''Ada Udang Di Balik Batu.'' kita tidak ikhlas. Hal ini pasti segera dapat dirasakan oleh orang yang menerima pemberian kita. Jadi, alih-alih menciptakan kepercayaan pemberian kita malah akan menghasilkan kecurigaan.

Agar dapat efektif, kita harus berperilaku seperti sang surya yang memberi tanpa mengharapkan imbalannya. Untuk itu tak cukup memberikan harta saja, kita juga harus memberikannya, dari hati kita yang paling dalam. Jangan pernah memikirkan imbalannya. kita hanya perlu percaya bahwa apapun yang kita berikan suatu ketika pasti kembali kepada kita. Dan ingatlah bahwasannya Rasulullah SAW bersabda “Tidaklah berkurang harta seseorang karena shadaqah.”

Sebetulnya semua orang di dunia ini senantiasa memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Namun, kita dapat membedakannya menjadi dua tipe. Orang pertama kita sebut sebagai orang yang egois. Merekalah orang yang selalu meminta tetapi tak pernah memberikan apapun untuk orang lain. Orang ini pasti dibenci dimana pun ia berada. Kedua adalah orang yang juga mementingkan diri sendiri, tetapi dengan cara mementingkan orang lain. Mereka membuat orang lain bahagia agar mereka sendiri menjadi bahagia. Kalau kita selalu memberikan perhatian dan bantuan kepada orang lain, banyak orang yang akan menghormati dan membantu kita. Dengan demikian, sebenarnya kita sedang berbuat baik pada diri sendiri.

Bagaimana kalau kita membaktikan diri kita untuk membantu rekan-rekan yang sangat membutuhkan? Ini pun sebenarnya adalah tindakan mementingkan diri sendiri dengan cara mementingkan orang lain. Sebagian dari kita mungkin tak setuju dan mengatakan, ''Kalau saya bekerja dengan sukarela, bukankah nantinya saya tidak mendapatkan apa-apa?”
Memang benar, kita tidak mendapatkan apa-apa secara materi, tetapi apakah kita sama sekali tidak mendapatkan apa-apa? Jangan salah, kita tetap akan mendapatkan sesuatu yaitu kepuasan batin. Kepuasan batin inilah yang kita cari.

Jadi, apapun yang kita lakukan di dunia ini semuanya adalah untuk kepentingan kita sendiri. Orang-orang yang egois sama sekali tak memahami hal ini. Mereka tak sadar bahwa mereka sedang merusak diri mereka sendiri. Sementara orang-orang yang baik budinya sadar bahwa kesuksesan dan kebahagiaan baru dapat dicapai kalau kita membuat orang lain senang, menang, dan bahagia. Hanya dengan cara itulah kita akan dapat menikmati kemenangan kita dalam jangka panjang.
Read More

Posted by Abu Nashar Bukhari | Pada Kamis, Desember 03, 2009 | 1 komentar

Jalaluddin Rumi, Sang Penari di Hadapan Tuhan

Jalaluddin dilahirkan 30 September 1207 di kota Balkh yang kini adalah wilayah Afganistan, ia putra Baharuddin Walad, ulama dan mistikus masyhur yang diusir dari kota Balkh tatkala ia berumur 12 tahun. Pengusiran tersebut merupakan buntut dari perbedaan pendapat antara Sultan dan Walad. Keluarga ini kemudian tinggal di Aleppo (Damaskus) dan disitu kebeliaan Beliau disi oleh guru-guru bahas arab yang tersohor.
Tak lama di Damaskus keluarga ini pindah ke Laranda kota Anatolia tengah atas permintaan Sultan Saljuk Alauddin Kaykobad, konon Kaykobad membujuk dengan sebuah surat kepada Walad yang berisi “Kendati saya tidak pernah menundukkan kepala kepada siapa pun, saya siap menjadi pelayan dan pengikut setia anda.”
Di kota ini ibu Jalaluddin, Mu’min Khatum meninggal dunia.
Tak lama kemudian dalam usia 18 tahun Jalaluddin menikah. Dan pada tahun 1226 Sultan Walad putra pertama Jalaludin lahir. Setahun kemudian keluarga ini pindah ke Konya 100 km dari Laranda. Disini Baharuddin Walad mengajar. Pada tahun 1229 lahirlah anak kedua Jalaluddin yaitu Alauddin . Dua tahun kemudian dalam usia 82 tahun ayah Jalaluddin, Baharuddin Walad meninggal dunia.
Era baru pun dialami Jalaluddin dia menggantikan Walad mengajarkan ilmu-ilmu ketuhanan tradisional tanpa menyentuh mistik. Setahun setelah kematian ayahnya, ia kedatangan seorang tamu bernama Burhanuddin Muhaqqiq, yang ternyata murid kesayangan Walad, dan ketika menyadari bahwa gurunya telah tiada ia pun mewariskan ilmunya kepada Jalaluddin. Burhanuddin pun menggembleng muridnya dengan latihan tasawuf yang telah dimatangkan selama empat abad terakhir oleh para sufi dan beberapa kali meminta Jalaluddin ke Damaskus untuk menambah ilmunya. Selama 8 tahun beliau mendidik dan pada tahun 1240 ia kembali ke kota Kayseri dan mulai saat itu Jalaluddin menggembleng dirinya sendiri.
Dalam usianya yang ke 37 tepatnya tahun 1244 Jalaluddin sudah berada diatas semua ulama di Konya. Ilmu yang beliau timba dari kitab-kitab Persia, Arab, Turki, Yunani dan Ibrani membuat dia nyaris ensiklopedis, akhirnya gelar Maulana Rumi (Guru Bangsa Rum) pun dia raih.
Suatu ketika di senja Oktober, setelah pulang dari madrasah, seorang yang tidak dikenal (Syamsuddin Tabriz) mencegat langkahnya dan menanyakannya satu hal. Mendengar pertanyaan tersebut Rumi pun langsung pingsan. Sebuah riwayat mengatakan orang tak dikenal tersebut bertanya “Siapa yang lebih agung, Muhammad Rasul Allah yang berdo’a ‘Kami tak mengenalmu seperti seharusnya’, atau seorang sufi Persia yang berkata ‘Subhani, mahasuci diriku, betapa agung kekuasanku’.
Pertanyaan mistikus Syamsuddin Tabriz itu mengubah hidup Rumi, dia pun akhirnya tak bisa terpisahkan dari Syams, dan dibawah pengaruh Syams, ia mengalami periode mistik yang nyala penuh gairah, tanpa batas dan kini ia mulai menyukai musik. Mereka menghabiskan hari bersama-sama dan menurut riwayat selama berbula-bulan mereka dapat bertahan hidup tanpa memenuhi kebutuhan dasar manusia, khusyuk menuju cinta ilahi.
Tapi keadaan ini tidak berjalan lama, kecemburuan warga Konya membuat Syams pergi. Dan saat Syams kembali warga membunuhnya. Rumi pun merasa kehilangan, kehilangan terbesar yang dia gambarkan seperti kehidupan kehilangan sinar mentari. Tapi, pada suatu pagi seorang ahli besi bernama Shalahuddin membuat Jalaluddin menari. Pukulan penempa besi itu membuat dia ekstase, dan tanpa sadar mengucapkan puisi-puisi mistis. Rumi pun bersahabat dengan Shalahuddin yang kemudian menggantikan posisi Syams.
Era menari pun dimulai Rumi, menari sambil memadahkan syair-syair cinta ilahi, sampai meninggalnya pada tanggal 17 Desember 1273 Rumi tak pernah berhenti menari karena ia tak pernah berhenti mencintai Allah, tarian itu juga yang membuat peirngkatnya dalam insiasi sufi berubah dari yang mencintai menjadi yang dicintai.
Read More

Posted by Abu Nashar Bukhari | Pada Kamis, Desember 03, 2009 | 1 komentar

Indahnya Menggapai Rahmat-Nya

Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada-Nya, niscaya Allah akan memasukkan mereka kedalam rahmat yang besar dari-Nya dan limpahan karunia-Nya dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus untuk sampai kepada-Nya. (QS: An-Nisa, 175)

Allah Swt. menciptakan alam semesta beserta isinya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Semua tercipta dengan bentuk dan sifat yang telah disesuaikan dengan keadaannya. Kekurangan dan kelebihan yang ada bukanlah sebuah cacat dalam penciptaan, melainkan bukti kekuasaan dan itu semua ditujukan agar kita senantiasa saling bahu-membahu antar sesama dalam segala hal.

Subhânallah, inilah bukti keesaan Allah Swt., semua makhluk dengan berbagai perbedaannya menyembah dan bersujud pada-Nya. Dialah yang maha agung, pengasih lagi penyayang, diantara bentuk kasih sayang-Nya terhadap kita adalah limpahan nikmat yang kita rasakan bersama, kalaulah lautan menjadi tinta untuk menuliskan nikmat-nikmat Allah Swt., maka sesungguhnya habislah lautan itu sebelum habis tertulis semua nikmat-Nya yang tak terhingga. Inilah bentuk rahmat Sang Pencipta kepada hamba-Nya, rahmat dari tuhan yang maha esa, suci lagi kuasa.

Berkat rahmat-Nya pula pada tahun ini kita masih diberi kesempatan oleh Allah Swt. untuk kembali berjumpa dengan bulan ramadan yang kita kenal dengan bulan penuh berkah. Bulan dimana rahmat Allah Swt. berlimpah ruah bak diobral di pasar bebas, siapapun yang menginginkan dapat dengan mudah untuk meraihnya. Pintu maghfirah pun terbuka dengan lebar bagi seluruh umat muslim di dunia. Maka, sudah sepatutnya kita senantiasa bersyukur pada-Nya.

Dalam kitab-kitab tafsir, kata rahmat pada ayat di atas dapat diartikan dengan surga. dengan ini dapat kita pahami bahwa mereka yang beribadah dan bertawakal kepada Allah Swt. atau beriman kepada-Nya. dan berpegang teguh pada Al-Quran maka Allah Swt. akan merahmati mereka dengan memasukkan mereka kedalam surga-Nya dan melipat gandakan ganjaran amal kebajikan mereka serta mengangkat derajat mereka di dunia dan di akhirat. Bukan hanya itu, Allah Swt. juga akan menujukkan bagi mereka jalan yang lurus agar mereka dapat meraih hidayah-Nya.

itulah sifat dan balasan orang-orang beriman. di dunia, mereka selalu berada dalam ke-istiqâmah-an dan keselamatan di setiap perbuatan dan keyakinan, dan di akhirat mereka berada dalam jalan Allah Swt. yang berakhir kepada surga.

Ayat di atas menjelaskan bahwa kunci utama untuk mendapatkan rahmat adalah beriman kepada Allah Swt. dan berpegang teguh pada Al-Quran, karena Al-Quran adalah pedoman setiap insan, di dalamnya terdapat semua hal yang kita butuhkan. hal ini sesuai dengan hadis Rasul Saw., yang mana beliau bersabda: "Al-Quran adalah jalan Allah yang lurus."
Syeikh Al-Azhar M. Sayyid thanthawi dalam tafsirnya tentang ayat ini menjelaskan bahwa Allah Swt. telah mengutus seorang rasul kepada umat manusia untuk menyampaikan Al-Quran dan menjelaskan isi kandungannya, maka barang siapa beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada-Nya dalam segala hal, Allah Swt. akan memasukkannya kedalam rahmat-Nya yaitu surga, dan akan melimpahkan karunia-Nya dengan memberikan petunjuk baginya kepada jalan yang lurus.

Sejalan dengan kandungan firman Allah Swt. di atas, sudah selayaknya kita selaku umat muslim senantiasa menjalankan segala perintah-Nya dan menjauihi segala larangan-Nya, agar kita termasuk dalam golongan orang-orang yang beriman dan mendapatkan apa yang dijanjikan Allah Swt. yaitu limpahan rahmat dan karunia serta ditunjukkan kepada jalan yang diridhoi oleh-Nya.

Untuk menggapai janji Allah dalam ayat di atas, dalam bulan ramadan kali ini, mari bersama kita satukan tekad dan bulatkan niat untuk lebih giat beribadah dan bergelut dengan Al-Quran, karena sesungguhnya dengan cara inilah, insya Allah kita akan dapat meraih kemenangan di penghujung bulan yang penuh berkah ini. Selain itu, surga Allah Swt. senantiasa terbuka bagi hamba-Nya yang beriman dan bertakwa.

Allah Swt. telah menerangkan dengan sangat jelas jalan untuk dapat sampai kepada rahmat-Nya. Akankah kita mengikuti jalan tersebut? Beruntunglah mereka yang sadar dan memanfaatkan kesempatan emas ini dengan sebaik-baiknya. Mereka yang dapat menghiasi ramadan dengan amalan-amalan ibadah, niscaya akan kembali fitrah, karena itu adalah janji Allah Swt. dan di dalam Al-Quran disebutkan Sesungguhnya Allah Swt. tidak menyalahi janji (QS: Ali Imran, 9). Mudah-mudahan dengan datangnya bulan suci ramadan, hati kita tergugah untuk kembali meningkatkan kwalitas iman dan takwa, sehingga kita termasuk diantara golongan yang berhasil meraih indahnya rahmat Allah Swt., amin. Wallâhu A'lam.
Read More

Posted by Abu Nashar Bukhari | Pada Kamis, Desember 03, 2009 | 0 komentar