Memasuki Dunia Baru

Seorang ustadz di madrasah agama sering mengatakan “Ala bisa karena biasa”. Seseorang bisa menjadi pakar dalam suatu bidang, karena ia selalu menggeluti, mengkaji dan memperdalam pengetahuan tentang bidang tersebut. Bahkan seorang hafiz Al Quran yang berhasil menjuarai MTQ Nasional pun senantiasa mengulang hafalan agar selalu melekat di otaknya. Begitu juga dengan seorang pelajar atau mahasiswa, ia akan merasa lebih percaya diri dalam menjawab soal-soal ujian, ketika buku diktatnya berhasil dikhatamkan berkali-kali.

Manusia tidak akan begitu takut ketika diminta melakukan hal yang sudah menjadi kebiasaannya. Walaupun pada hakekatnya, kebiasaan tersebut pada awalnya adalah sesuatu yang asing. Namun, seiring dengan berjalannya waktu dan aktualisasi diri dalam proses pembiasaan, ia pun menjadi lebih mengenal dan rasa takut itu terkikis sedikit demi sedikit hingga akhirnya hilang ditelan masa. 

Memang sudah merupakan fitrah manusia, ia akan merasakan sebuah gejolak dasyat ketika bertemu dengan suasana baru. Dibutuhkan sebuah adaptasi dan usaha keras untuk dapat menyesuaikan diri. Bertahap mengenal dan mempelajari apa yang baru ia hadapi.
Proses menuju sebuah kebiasaan bukanlah hal yang ringan. Persiapan lahir dan batin sangat diperlukan. Banyak manusia yang berguguran terhantam badai keputusasaan. Manusia tidak terlalu suka dengan tantangan. Mereka lebih menginginkan sesuatu yang instan, ringan dan tidak beresiko tinggi. Menghindar dari kerugian dan kegagalan adapah opsi yang sangat diminati.

Apakan manusia sudah lupa akan perjuangan baginda Nabi Saw. di awal masa dakwahnya. Cercaan dan hinaan bertubi-tubi dilontarkan. Siksaan dan pengucilan silih berganti dialami. Namun, beliau tetap berdiri kokoh bagaikan karang di tengah hantaman badai, memberikan contoh kepada seluruh umat manusia akan arti sebuah perjuangan, kegigihan dan ketegaran.

Pengutusan yang dialaminya merupakan sesuatu yang baru. Beliau merasa shock dan takut pada mulanya. Diriwayatkan dalam hadis Aisyah r.a., bahwa setelah Rasul Saw. menerima wahyu pertama kali di gua hira, Beliau langsung menemui Khadijah r.a. dengan wajah pucat dan keringat bercucuran. Kala itu, Rasul Saw. sedang berada diantara dua masa kehidupan; antra masa lalu dan masa depan. Masa yang telah beliau jalani selama 40 tahun dan masa dimana beliau dituntut untuk menyampaikan amanat kepada seluruh alam.

Adalah sebuah kewajaran ketika manusia merasa takut untuk menghadapi hal baru. Terutama jika hal tersebut merupakan sesuatu yang penting dan bersifat masif. Berbagai pertimbangan datang dan pergi dalam hati menyebarkan hama kebimbangan dan menggerogoti tunas keberanian. Ya, hanya dengan membasmi hama tersebut keberanian akan terus tumbuh subur. Azam yang tinggi dan tawakal kepada Allah Swt., adalah kunci utama untuk meraih kemenangan dalam pertempuran menuju proses pembiasaan.

Fenomena seperti ini sering dialami manusia dalam menjalani kehidupan. Perpindahan dari satu fase menuju fase yang lebih tinggi, selalu diiringi rasa gundah dan gelisah. Contoh ril yang sangat nyata adalah pengantin baru. Selama kurang lebih 25 tahun sang pria menjalani kehidupan seorang diri. akhirnya datanglah suatu masa dimana ia harus memasuki dunia baru, ia pasti akan merasakan gejolak dasyat dalam dirinya. Namun perasaan itu dapat diatasi seiring berjalannya waktu.

Siklus perpindahan jenjang marhalah manusia akan terus berlanjut hingga sampai di garis finish. Garis yang membuka gerbang dimensi lain yaitu alam kubur. Perjalanan manusia dari lahir hingga dewasa sangat penuh dengan lika-liku. Berbagai suasana timbul dan membuahkan pengalaman. Kenangan akan perjuangan hidup manusia akan selalu dikenang. Generasi penerus menjadikan pendahulu mereka kiblat dalam bergerak.

Hal baru yang dialami manusia merupakan variasi dalam proses menjalani kehidupan. Semakin banyak hal baru dialami, semakin indah dan bermakna kehidupan yang dijalankan. Tantangan hidup perlu dihadapi dengan ketegaran agar kita dapat menuju sebuah kemenangan. Cukuplah Nabi Muhammad Saw. sebagai panutan dalam mempelajari arti kegigihan. “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu, suri tauladan bagimu. Yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah…” (QS: Al Ahzab, 21). Wallahu a’lam

Posted by Abu Nashar Bukhari | Pada Selasa, Maret 23, 2010

0 komentar:

Posting Komentar